Selasa, 15 April 2008

RESPONSE PAPER 7 : GLOBAL FALLOUT

Catatan : Respon Paper 7 ini hanya menambahkan dari Respon Paper 6 karena kebetulan pembagian halamannya sama, hanya bertambah 2 halaman

Global Fallout

Pembajakan software secara beramai-ramai dan besar-besaran pada banyak negara menimbulkan banyak kerugian secara global. Itulah sebenarnya inti dari bab 6: Global Fallout ini. Dampak yang ditimbulkan sangat besar sehingga dapat menurunkan potensi pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan potensi pemasukan dari pajak. Pertumbuhan industri software lokal dan para distributor software lokal merupakan pihak yang paling menderita atas pembajakan. Sementara para perusahaan raksasa seperti Microsoft dan Adobe tampaknya sedikit saja terpengaruh oleh pembajakan. Hal ini dikarenakan adanya margin keuntungan yang didapat dari penjualan secara global dalam jumlah besar. Lain halnya dengan perusahaan software dan distributor lokal.

Pembajakan juga mengurangi penyerapan tenaga kerja. Hal ini karena tidak adanya tenaga kerja yang dapat diserap dari produksi software lokal dan saluran distribusi lokal. Pemerintah juga tampaknya tidak mendapat pemasukan dari pajak. Padahal, untuk setiap software asli yang terjual, pemerintah mendapat pajak.

Intinya adalah bahwa, dengan mencoba mendapat “gratisan”, pelaku pembajakan dan pengguna software bajakan sedang mengurangi perputaran uang di masyarakat. Imbasnya adalah hilangnya potensi pertumbuhan ekonomi yang seharusnya terjadi. Jika demikian, apakh pemberantasan pembajakan software merupakan suatu pilihan yang “more good than harm”?

Dalam bab 6, di bab “Global Fallout”, Gantz dan Rochester menulis tentang pembajakan di Russia, dimana pembajakan tumbuh subur seperti cendawan di musim hujan. Di sebuah stasiun di Savyolovaska, software-software komputer dijual di toko-toko yang setara dengan kaki lima. Tercatat, Microsoft Windows XP, SQL Server, dan Autodesk 2004 dijual bersamaan dengan banyak judul games, software dan album musik lainnya seharga 80 rubles, atau sekitar 3 USD. Jika dirupiahkan, 1 rubles = Rp 392,163, maka satu software bajakan berharga Rp. 31.409,06. Harga ini berlaku untuk semua album, film, game, maupun software. Padahal, versi original sebuah film berharga $25, dan software bisa berharga hingga $1000.

Bagaimana bisnis software bajakan tidak berkembang jika demikian menguntungkan. Indonesia juga demikian. Sebuah software bajakan di Mangga Dua bisa berharga Rp. 20.000. Bahkan, penulis pernah menemukan sebuah tempat yang menjual software bajakan seharga Rp. 5000. Di tempat itu, pembeli memesan terlebih dahulu software yang akan dibajak, lalu kemudian baru di-burn sesuai permintaan. Sebuah totalitas dalam melakukan kriminal.

Bagaimanapun, Indonesia dan Russia hanya terpaut sedikit jika dibandingkan kadar pembajakannya. Menurut data IDC tahun 2004 yang disajikan Gantz dan Rochester, pembajakan di Indonesia 88%, sementara Russia 87%. Indonesia mungkin masih beralasan, yaitu rendahnya daya beli. Tetapi bagaimana dengan Russia? Russia adalah negara yang, dicatat oleh Gantz dan Rochester, memiliki ilmuwan yang setara dengan AS, memiliki skill penulisan software yang terkenal seantero Eropa, dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pembajakan software memang ternyata bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa pandang latar belakang.

10 negara teratas dalam pembajakan software

1. Vietnam

92%

2. Cina

92%

3. Ukraina

91%

4. Indonesia

88%

5. Zimbabwe

87%

6. Russia

87%

7. Algeria

84%

8. Nigeria

84%

9. Pakistan

83%

10.Paraguay

83%

Figure 6-1 Top 10 PC Software pirating countries

Persentase diatas dapat diartikan bahwa misalnya, untuk Russia, 87 dari 100 komputer di negara ini diisi software bajakan. Daftar ini tentu saja masih panjang kebawah, dalam artian, banyak negara lain yang dalam kadar yang lebih rendah juga melakukan pembajakan. IDC mencatat, harga software yang dibajak pada tahun 2003 mencapai USD 28,8 milliar. Jika dihitung total, termasuk semua software yang ada pada komputer jaringan, maka jumlahnya menggelembung menjadi USD 42 milliar. Ini tentu saja karena komputer jaringan pasti menggunakan aplikasi kantoran dan software jaringan. Dan tidak semua pengelola jaringan mempunyai kesadaran mempergunakan software asli. Sebagian besar malah tidak memperdulikannya.

Bagaimana dengan AS? Negara ini ternyata juga menyumbang kerugian akibat pembajakan. Walaupun termasuk negara yang paling rendah tingkat pembajakannya, nilai retail software bajakan di AS mencapai USD 10 milliar.

Lalu, jika semua menggunakan software asli, apakah para produsen akan otomatis bertambah kaya USD 42 milliar? Tentu saja tidak. Jika tidak ada software asli, maka para pengguna kemungkinan besar akan mencari alternatif lain yang lebih murah. Yang jelas, menurut Gantz dan Rochester, pemakaian software asli akan meningkatkan perputaran ekonomi, meningkatkan investasi pada riset dan pengembangan, dan akhirnya mendorong timbulnya software-software baru.

Lalu apa dampak dari penggunaan software bajakan dari sisi pengguna? Salah satu yang paling nyata adalah kehilangan pendapatan dari pajak. Para pengguna juga tidak mendapatkan dukungan seperti update gratis, tutorial, dan sebagainya.

Tidak ada komentar: